Selamat datang, monggo-monggo

Sabtu, 18 Juli 2009

PUSKESMAS PIANI

PUSKESMAS PIANI

Salah satu Puskesmas di Kabupaten Tapin tepatnya di kecamatan Piani, Kab Tapin Kalimantas Selatan

Read more...

Selasa, 26 Mei 2009

CARA MENDOWNLOAD VIDEO DARI YOUTUBE

CARA MENDOWNLOAD VIDEO DARI YOUTUBE


Gampang sekali :

1. buka www.youtube.com
2. pilih video yang akan di download
3. copy url nya
4. buka www.keepvid.com
5. paste url tadi di kolom yang tersedia pada www.keepvid.com
6. pilih download
7. selesai deh

selamat mencoba

MIKO

Read more...

Minggu, 26 April 2009

Malpraktik

dalam Keperawatan

Oleh:

Midiyatmoko ST

A. Pengertian

1. Malpraktik

* Guwandi (1994) : Malpraktik adalah kelalaian dari seorg dokter/perawat utk menerapkan tgkt keterampilan& pengetahuannya didlm memberikan pelayanan pengobatan & perawatan thdp seorg pasien yg lazim diterapkan dlm mengobati & merawat org sakit/ terluka di lingkungan wilayah yg sama.

* Ellis dan Hartley (1998): Malpraktik merupakan batasan yg spesifik dari kelalaian (negligence) yg ditujukan pd seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yg menunjukkan kinerja nya sesuai bidang tgs/pekerjaannya.

* Malpraktik dalam keperawatan adalah suatu batasan yg digunakan untuk menggambarkan kelalaian perawat dlm melakukan kewajibannya.

2. Kelalaian (Negligence)

* Kelalaian adalah melakukan sesuatu di bwh standar yg diterapkan oleh aturan/hukum guna mlindungi org lain yg bertentangan dg tndkn2 yg tdk beralasan&resiko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dlm Leahy dan Kizilay, 1998).

* Kelalaian > bersifat ketidaksengajaan, krg teliti, krg hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tdk peduli terhadap kepentingan org lain, tetapi akibat yg ditimbulkan bknlah tujuannya.

* Kelalaian bkn suatu pelanggaran hukum jk kelalaian itu tdk sampai membawa kerugian/cedera kpd org lain & org itu dpt menerimanya (Hanafiah&Amir, 1999).

* Jk kelalaian mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bhkn merenggut nyawa, diklasifikasikan sbg kelalaian brt (cupla lata), serius&kriminal.

3. Malpraktik ¹ Kelalaian

Malpraktik adalah kegagalan seseorg profesional (dokter&perawat) utk melakukan praktek sesuai dg standar profesi yg berlaku bagi seseorang yg karena memiliki keterampilan dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995).

Kelalaian memang termasuk dlm arti malpraktek, tetapi dlm malpraktek tdk selalu ada kalalaian.

kesimpulan dari malpraktik adalah:

* Melakukan sesuatu hal yg yg seharusnya tdk blh dilakukan o/ seseorang tenaga kesehatan;

* Tdk melakukan apa yg seharusnya dilakukan/ melalaikan kewajibannya (Negligence); dan

* Melanggar suatu ketantuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

B. Malpraktik dalam Keperawatan

Menurut Vestal K.W (1995) hal-hal yang berhubungan dgn malpraktik:

* Duty → Kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya utk menyembuhkan/ setidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi

* Breach of the duty → menyimpang dari apa yg seharusnya dilakukan mnrt standar profesi.

* Injury → Seseorang mengalami cedera atau kerusakan yg dpt dituntut secara hukum.

* Proximate caused → Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan/terkait dg cedera yg dialami pasien.

C. Pelanggaran2 Malpraktik

Tuntutan malpraktik dapat bersifat pelanggaran2 sebagai berikut:

* Pelanggaran etika profesi, sepenunhnya tg jwb organisasi profesi.

* Kesalahan / kelalaian dalam dalam menerapkan standar profesi yg dilakukan oleh tenaga kes dlm memberikan pelayanan kes. Berupa sanksi administratif.

* Pelanggaran Hukum, bersifat perdata atau pidana.


D. Bidang Pekerjaan Perawat yang Beresiko melakukan Kesalahan

Caffe (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) membagi 3 area kesalahan, yaitu:

1. Assesment Errors

2. Planning Errors

* Kesalahan dlm mencatat mslh pasien dan kelalaian menuliskannya dlm rencana kep

* Kegagalan mengkomunikasikan secara efektif rencana kep yg telah dibuat.

* Kegagalan dlm memberikan asuhan kep secara berkelanjutan yg disebabkan kurangnya informasi yg diperoleh dari rencana kep

* Kegagalan memberikan instruksi yg dpt dimengerti o/ pasien

3. Intervention Errors

Termasuk kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi, kesalahan dlm membaca pesan/order, dan mengidentifikasi pasien sblm dilakukan tindakan/prosedur.

E. Upaya Perawat Tidak Melakukan Malpraktik

Menurut Vestal K.W (1995), upaya:,

1. Layani pasien dan keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.

2. Gunakan pengetahuan kep untuk menetapkan diagnosa kep yg tepat dan laksanakan intervensi kep yg diperlukan.

3. Utamakan kepentingan pasien

4. Tanyakan saran atau pesan yg diberikan oleh dokter.

5. Tingkatkan kemampuan dan pengetahuan. Ikuti perkembangan baru yg terjadi di lapangan dan bekerja berdasarkan pedoman yg berlaku.

6. Jgn melakukan tindakan yg blm anda kuasai.

7. Laksanakan ASKEP berdasarkan model proses keperawatan.

8. Catat rencana keperawatan dan respon pasien.

9. Lakukan konsultasi dg anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan kebijakan organisasi/RS & prosedur tindakan yg berlaku.

10. Pelimpahan tgs secara bijaksana & ketahui lingkup tgs masing2.

Read more...

Read more...

Rabu, 04 Februari 2009

Read more...

Selasa, 03 Februari 2009

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN IKTERUS (HIPERBILIRUBIN)

PENDAHULUAN
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

KONSEP DASAR
A. Pengertian
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.
B. Metabolisme Bilirubin
Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus.
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi persnyawaan dengan ligandin (protein-Y) protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.
Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin indirek. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun kembali pada hari ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan kurang dari 12 mg/dl pada bayi kurang bulan. Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal dan karenanya disebut ikterus fisiologik.
Masalah akan timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun sehingga kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh t3, misal kerusakan sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dihari kemudian.

C. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PADA, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/kerusakan hepar oleh penyebab lain.

D. Patofisiologi
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.

E. Tanda dan Gejala
Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin indirek).
Anemia
Petekie
Perbesaran lien dan hepar
Perdarahan tertutup
Gangguan nafas
Gangguan sirkulasi
Gangguan saraf

F. Penatalaksanaan
Tujuan utama adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus. Konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukuronil transferase dengan pemberian obat seperti luminal atau agar. Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi hikan, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.
Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi sinar, antara lain: enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit (ruam gigitan kutu), gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Efek samping bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.

G. Prognosis  
Hiperbilirubin baru akan berpengaruh bentuk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar otak, penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris, gejala ensefalopati pada neonatus mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin didapatkan adanya atitosis didan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin didapatkan adanya atitosis ditai gangguan pendengaran atau retardasi mental di hari kemudian.

ASUHAN KEPERAWATAN 
H. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
Kekacauan/ gangguan hemolitik (Rh atau ABO incompabilitas), policitemia, infeksi, hematom, memar, liver atau gangguan metabolik, obstruksi menetap, ibu dengan diabetes.
b. Pemeriksaan fisik
- Kuning
- Pucat
- Urine pekat
- Letargi
- Penurunan kekuatan otot (hipotonia)
- Penurunan refleks menghisap
- Gatal
- Tremor
- Convulsio (kejang perut) 
- Menangis dengan nada tinggi
c. Pemeriksaan psikologis
Efek dari sakit bayi; gelisah, tidak kooperatif/ sulit kooperatif, merasa asing.
d. Pengkajian pengetahuan keluarga dan pasien
Penyebab dan perawatan, tindak lanjut pengobatan, membina kekeluargaan dengan bayi yang lain yang menderita ikterus, tingkat pendidikan, kurang membaca dan kurangnya kemauan untuk belajar.

I. Diagnosa keperawatan 
 
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan  
1.






 Resiko peningkatan kadar bilirubin dalam darah berhubungan dengan kondisi fisiologis/patologis 



 Tidak ada peningkatan hiperbilirubinemia ?? Monitor tanda-tanda vital 
?? Monitor bilirubin serum 
?? Monitor bila ada muntah, kaku 
  otot atau tremor 
?? Kolaborasi terapi dengan tim  
  medis 
?? Berikan minum ekstra 

?? Kolaborasi dengan tim medis 

  untuk pemberian fototerapi  
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan malas menghisap Kebutuhan nutrisi terpenuhi ?? Berikan minum melalui sonde 

  (ASI yang diperah atau PASI) 

?? Lakukan oral hygiene dan 

  olesi mulut dengan kapas basah 

?? Monitor intake dan output 

?? Monitor berat badan tiap hari 

?? Observasi turgor dan membran 
   
  mukosa  
3. Resiko perubahan suhu berhubungan dengan efek samping fototerapi Suhu tubuh tetap normal ?? Monitor tanda-tanda vital tiap 4
   
  jam 

?? Perhatikan suhu lingkungan dan

  gunakan isolasi 

?? Berikan minum tambahan 
   
4. Resiko terjadi trauma persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan efek samping fototerapi Tidak terjadi gangguan pada retina pada masa perkembangan


 ?? Kaji efek samping fototerapi 
?? Letakkan bayi 45 cm dari 
  sumber cahaya/lampu 
?? Selama dilakukan fototerapi 
  tutup mata dan genital dengan 
  bahan yang tidak tembus cahaya 
?? Monitor reflek mata dengan 
  senter pada saat bayi 
  diistirahatkan dan kontrol 
  keadaan mata setiap 8 jam 
?? Buka tutup mata bila diberi  
  minum atau saat tidak dibawah 
  sinar 
?? Observasi dan catat penggunaan 
  lampu  
5. Resiko terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping fototerapi
 Selama dalam perawatan kulit bayi tidak mengalami gangguan integritas kulit
 ?? Observasi keadaan keutuhan 
  kulit dan warnanya 
?? Bersihkan segera bila bayi  
  buang air besar atau buang air 
  kecil 
?? Gunakan lotion pada daerah 
  bokong 
?? Jaga alat tenun dalam keadaan 
  bersih dan kering 
?? Lakukan alih baring dan 
  pemijatan  
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tujuan, prosedur pemasangan dan efek samping fototerapi Orang tua mengerti tujuan tujuan, prosedur dan efek samping fototerapi
 ?? Beri penyuluhan pada orang tua 
  tentang tujuan, prosedur dan efek 
  samping fototerapi 
?? Berikan support mental 
?? Libatkan orang tua dalam 
  prosedur fototerapi 

  

Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP